Senin, 04 Juni 2012

Ciri-Ciri Sastra Lisan


Ciri-Ciri Sastra Lisan

Ciri –ciri sastra lisan [Folklor]
 1.       Anonim adalah tidak diketahui. Sastra lisan tidak diketahui pengarangnya, pada mulanya pengarang tidak menyebutkan dirinya dalam karyanya tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sastra lisan adalah milik bersama. Dan tidak ada pula masyarakat yang mengaku-ngaku telah memiliki sastra lisan tersebut. Contohnya: Kisah Timun Mas, Tangkuban Perahu, dan lain-lain, masyarakat tidak ada yang mengetahui siapa awal mula yang memiliki cerita tersebut.
2.      Milik bersama suatu kolektif Maksudnya sastra lisan adalah milik masyarakat, bukan milik pribadi dari anggota masyarakat. Cirri anonym adalah bukti bahwa sastra lisan adalah milik bersama-sama yang seolah-olah diciptakan oleh masyarakat itu sendiri. Contoh : Kisah Malin Kundang. Cerita tersebut menjadi milik masyarakat Padang karena pelatarannya berada di Padang, Sumatera Barat. Bukan milik anggota masyarakat dari Sumatera Barat.
3.      Diwariskan secara lisan, kadang dengan mnemonic devices Pewarisan sastra lisan ini adalah dengan lisan atau dari mulut ke mulut secara turun-temurun. Kadang juga dengan mnemonic devices yang artinya dengan menggunakan alat bantu gerak isyarat atau bantu pengingat agar masyarakat yang lain mudah memahami maksud dari cerita yang diceritakan tersebut. Hal ini dilakukan karena banyaknya masyarakat yang belum mengenal aksara sehingga sulit untuk menyampaikan pesan dan amanah yang terkandung dalam cerita. Contoh: penyebaran dakwah para wali songo yang menggunakan sastra lisan dalam dakwahnya, para guru atau petuah-petuah menyampaikan dan disampaikan dengan lisan agar dapat dipahami oleh masyarakat dengan mudah.
4.      Tradisional Sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma, nilai dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun. Contoh: dijadikan sebagai hiburan masyarakat tetapi tidak menyalahi adat.
5.       Bentuknya tetap Plot atau alur dan makna yangterkandung dalam sebuah cerita tersebut tetap dan tidak berubah. Sehingga keutuhan jalan cerita suatu sastra lisan tersebut sangat kuat dan berperan di dalam masyarakat. Contoh: kisah Malin Kundang. Dari awal cerita itu dikenal sampai sekarang isi ceritanya tidak ada perubahan dan tetap, begitu pula dengan amanat yang terkandung di dalamnya.
6.      Diwariskan dalam rentang waktu lama Sastra lisan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dalam waktu yang relative lama, sastra ini bisa tersebar luas dikalangan masyarakat dengan mengandalkan keaktifan pencerita.
7.      Eksis dalam versi dan varian Karena kekreatifan si pencerita menyebabkan adanya sedikit banyak dari isi cerita mengalami perubahan, entah ditambahkan atau dikuranngi yang tanpa menyebabkan perubahan makna cerita, karena para pencerita mempunyai gaya masing-masing dalam menyampaikan amanah dari suatu cerita tersebut, sehingga menimbulkan beragam versi dan varian dalam cerita yang disampaikan. Contoh: kisah Wali Songo yakni ada yang mengatakan bahwa wali songo telah membunuh Syeikh Siti Jenar, sedangkan di versi cerita lain ada yang mengatakan bahwa Syeikh Siti Jenar belum meninggal, tapi masih hidup sampai sekarang. Perbedaan versi tersebut, tidak mengurangi amanah cerita yakni tidak ada makhluk yang seimbang dengan Tuhan apalagi mengaku Tuhan.
8.      Terdapat unsur interpolasi Suatu sastra lisan memiliki keterkaitan dengan keadaan masyarakat yang menjadi setting dari cerita tersebut. Kebanyakan cerita dari sastra lisan menggambarkan keadaan masyarakat tersebut dan membuka konsep-konsep kebudayaan yang berkembang pada masyarakat pada zaman itu. Contoh: cerita Malin Kundang menggambarkan adat masyarakat setempat yakni budaya merantau berlaku bagi anak laki-laki dewasa.
9.      Ada formula Ada banyak kreasi masyarakat yang berperan sebagai pencerita menambahkan atau membubuhkan kalimat yang pada mulanya tidak tertera dalam cerita. Tapi tidak mengandung unsur apa-apa. Formula-formula yang terdapat dalam cerita misalnya pesan cerita sebagai pendukung pencerita dan penarik perhatian pendengar cerita.
10.  Spontan Sastra lisan diturunkan tidak dengan unsure kesengajaan. Tetapi serta-merta, tanpa pikir panjang, tanpa rencana lebih dahulu. Biasanya awal mula pencerita menceritakan sastra lisan adalah dengan gaya seadanya. Misalnya dengan bersantai atau dengan memasukkan cerita dan menjadikan sebuah contoh dalam kegiatan belajar.
11.  Ada proyeksi keinginan Pencerita mempunyai peran penting dalam berkembangnya sastra lisan. Pencerita menurunkan atau mewariskan cerita tersebut adalah karena dengan doronga hati tanpa unsure penekanan atau tidak karena anjuran.
12.  Ada pola-pola tertentu Dalam cerita tersebut terdapat motif-motif atau unsure-unsur yang terdapat dalam cerita sehingga mempunyai gambaran luar biasa tetapi tetap menarik perhatian untuk tetap didengar dan dilestarikan.
13.  Menggunakan kalimat klise Pencerita cenderung banyak menirukan gaya bahasa atau gaya bercerita sesuai dengan siapa dan dari mana ia memperoleh cerita tersebut. Bahasa atau kalimat sering dijumapi sama atau identik denga cerita semula atau pencerita asal.
14.  Ada fungsi: a.       Didaktik, yakni memiliki unsure pendidikan. Sastra lisan juga berfungsi sebagai media pendidikan masyarakat karena didalamnya terkandung berbagai amanah dan pesan penting yang juga harus dipahami oleh masyarakat. b.      Pelipur lara,yakni sastra lisan berfungsi sebagai penghibur dalam masyarakat. Banyak berbagai sastra lisan yang bertema humoris dan mengandung unsure pelipur lara. Misalnya dongeng si kancil yang sangat humoris dan kental akan imajinasi. c.       Protes sosial, yakni sastra lisan yang berkembang juga termasuk bentuk media pada jaman yang bersangkutan untuk menyampaikan apa yang menjadi aspirasi masyarakat. Sebuah cerite bisa mewakilkan isi hati masyarakat. d.      Sindiran, yakni sebuah ungkapan yang disampaikan oleh masyarakat dalam bentuk sastra lisan, misalnya lagu rakyat, pantun rakyat dan lain sebagainya.
15.  Bersifat pralogis Kadang kala dalam sastra lisan memiliki alur yang kompleks, akan tetapi dalam ceritanya juga mendahului dan melangkahi logika. Karena turun-temurun dan tanpa diketahui kebenarannya dengan pasti, banyak pula cerita mengandung jalan cerita yag tidak asuk akal dan diluar nalar dan ajaib. Misalnya: cerita Tangkuban Perahu yang ceritanya adalah sebuah perahu ditendang dan bisa menjadi gunung. Cerita tersebut sangat sulit dipercaya apabila terjadi di jaman yang sekarang ini.
16.  Berbentuk puisi, prosa(panjang-pendek) dan prosa berirama Sastra lisan memiliki berbagai jenis dan tersebar dalam masyarakat. Diantaranya folkstory, folktale, folkspeach,volkskunde, dan lain-lain. Contohnya: lagu rakyat misalnya lir-ilir, pantun-pantun rakyat yang menyebar di masyarakat dan dijadikan petuah dan lain-lain.
17.  Ada piranti paraklisme Ada petimbangan atau perbandingan dan saling berhubungan dengan zaman yang sekarang. Kebanyakan isi atau amanah dari sastra lisan adalah cerminan kehidupan masyarakat sekarang atau generasi berikutnya. Hal ini berperan untuk masyarakat pandai-pandai mencerna isi dan maksud dari amanah yag terkandung dalam sastra lisan agar tidak salah jalan dan salah pengertian.
18.  Berisi kearifan hidup universal Isi dan amanah dari sastra lisan adalah menyinggung tentang kenyataan. Ajaran dan amanahnya adalah berlaku bagi semua kalangan dan patut dijadikan acuan untuk hidup oleh berbagai kalangan masyarakat. Amanahnya tidak berlaku hanya untuk satu golonga kaum saja tetapi menyeluruh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar