Ciri-Ciri Sastra Lisan
Ciri –ciri sastra lisan [Folklor]
1. Anonim adalah
tidak diketahui. Sastra lisan tidak diketahui pengarangnya, pada mulanya
pengarang tidak menyebutkan dirinya dalam karyanya tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa sastra lisan adalah milik bersama. Dan tidak ada pula
masyarakat yang mengaku-ngaku telah memiliki sastra lisan tersebut. Contohnya:
Kisah Timun Mas, Tangkuban Perahu, dan lain-lain, masyarakat tidak ada yang
mengetahui siapa awal mula yang memiliki cerita tersebut.
2. Milik
bersama suatu kolektif Maksudnya sastra lisan adalah milik masyarakat,
bukan milik pribadi dari anggota masyarakat. Cirri anonym adalah bukti bahwa
sastra lisan adalah milik bersama-sama yang seolah-olah diciptakan oleh
masyarakat itu sendiri. Contoh : Kisah Malin Kundang. Cerita tersebut menjadi
milik masyarakat Padang karena pelatarannya berada di Padang, Sumatera Barat.
Bukan milik anggota masyarakat dari Sumatera Barat.
3. Diwariskan
secara lisan, kadang dengan mnemonic devices Pewarisan
sastra lisan ini adalah dengan lisan atau dari mulut ke mulut secara
turun-temurun. Kadang juga dengan mnemonic devices yang artinya dengan
menggunakan alat bantu gerak isyarat atau bantu pengingat agar masyarakat yang
lain mudah memahami maksud dari cerita yang diceritakan tersebut. Hal ini
dilakukan karena banyaknya masyarakat yang belum mengenal aksara sehingga sulit
untuk menyampaikan pesan dan amanah yang terkandung dalam cerita. Contoh:
penyebaran dakwah para wali songo yang menggunakan sastra lisan dalam
dakwahnya, para guru atau petuah-petuah menyampaikan dan disampaikan dengan
lisan agar dapat dipahami oleh masyarakat dengan mudah.
4. Tradisional Sikap
dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma, nilai
dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun. Contoh: dijadikan sebagai
hiburan masyarakat tetapi tidak menyalahi adat.
5. Bentuknya
tetap Plot atau alur dan makna yangterkandung dalam sebuah cerita
tersebut tetap dan tidak berubah. Sehingga keutuhan jalan cerita suatu sastra
lisan tersebut sangat kuat dan berperan di dalam masyarakat. Contoh: kisah
Malin Kundang. Dari awal cerita itu dikenal sampai sekarang isi ceritanya tidak
ada perubahan dan tetap, begitu pula dengan amanat yang terkandung di dalamnya.
6.
Diwariskan dalam rentang waktu lama Sastra
lisan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dalam waktu yang
relative lama, sastra ini bisa tersebar luas dikalangan masyarakat dengan
mengandalkan keaktifan pencerita.
7. Eksis
dalam versi dan varian Karena kekreatifan si pencerita menyebabkan
adanya sedikit banyak dari isi cerita mengalami perubahan, entah ditambahkan
atau dikuranngi yang tanpa menyebabkan perubahan makna cerita, karena para pencerita
mempunyai gaya masing-masing dalam menyampaikan amanah dari suatu cerita
tersebut, sehingga menimbulkan beragam versi dan varian dalam cerita yang
disampaikan. Contoh: kisah Wali Songo yakni ada yang mengatakan bahwa wali
songo telah membunuh Syeikh Siti Jenar, sedangkan di versi cerita lain ada yang
mengatakan bahwa Syeikh Siti Jenar belum meninggal, tapi masih hidup sampai
sekarang. Perbedaan versi tersebut, tidak mengurangi amanah cerita yakni tidak
ada makhluk yang seimbang dengan Tuhan apalagi mengaku Tuhan.
8. Terdapat
unsur interpolasi Suatu sastra lisan memiliki keterkaitan dengan
keadaan masyarakat yang menjadi setting dari cerita tersebut. Kebanyakan cerita
dari sastra lisan menggambarkan keadaan masyarakat tersebut dan membuka
konsep-konsep kebudayaan yang berkembang pada masyarakat pada zaman itu.
Contoh: cerita Malin Kundang menggambarkan adat masyarakat setempat yakni
budaya merantau berlaku bagi anak laki-laki dewasa.
9. Ada
formula Ada banyak kreasi masyarakat yang berperan sebagai pencerita
menambahkan atau membubuhkan kalimat yang pada mulanya tidak tertera dalam
cerita. Tapi tidak mengandung unsur apa-apa. Formula-formula yang terdapat
dalam cerita misalnya pesan cerita sebagai pendukung pencerita dan penarik
perhatian pendengar cerita.
10. Spontan Sastra
lisan diturunkan tidak dengan unsure kesengajaan. Tetapi serta-merta, tanpa
pikir panjang, tanpa rencana lebih dahulu. Biasanya awal mula pencerita
menceritakan sastra lisan adalah dengan gaya seadanya. Misalnya dengan bersantai
atau dengan memasukkan cerita dan menjadikan sebuah contoh dalam kegiatan
belajar.
11. Ada proyeksi
keinginan Pencerita mempunyai peran penting dalam berkembangnya sastra
lisan. Pencerita menurunkan atau mewariskan cerita tersebut adalah karena dengan
doronga hati tanpa unsure penekanan atau tidak karena anjuran.
12. Ada pola-pola
tertentu Dalam cerita tersebut terdapat motif-motif atau unsure-unsur
yang terdapat dalam cerita sehingga mempunyai gambaran luar biasa tetapi tetap
menarik perhatian untuk tetap didengar dan dilestarikan.
13. Menggunakan
kalimat klise Pencerita cenderung banyak menirukan gaya bahasa atau
gaya bercerita sesuai dengan siapa dan dari mana ia memperoleh cerita tersebut.
Bahasa atau kalimat sering dijumapi sama atau identik denga cerita semula atau
pencerita asal.
14. Ada fungsi: a. Didaktik,
yakni memiliki unsure pendidikan. Sastra lisan juga berfungsi sebagai media
pendidikan masyarakat karena didalamnya terkandung berbagai amanah dan pesan
penting yang juga harus dipahami oleh masyarakat. b. Pelipur
lara,yakni sastra lisan berfungsi sebagai penghibur dalam masyarakat.
Banyak berbagai sastra lisan yang bertema humoris dan mengandung unsure pelipur
lara. Misalnya dongeng si kancil yang sangat humoris dan kental akan imajinasi.
c. Protes sosial, yakni sastra
lisan yang berkembang juga termasuk bentuk media pada jaman yang bersangkutan
untuk menyampaikan apa yang menjadi aspirasi masyarakat. Sebuah cerite bisa
mewakilkan isi hati masyarakat. d. Sindiran, yakni
sebuah ungkapan yang disampaikan oleh masyarakat dalam bentuk sastra lisan,
misalnya lagu rakyat, pantun rakyat dan lain sebagainya.
15. Bersifat pralogis Kadang
kala dalam sastra lisan memiliki alur yang kompleks, akan tetapi dalam
ceritanya juga mendahului dan melangkahi logika. Karena turun-temurun dan tanpa
diketahui kebenarannya dengan pasti, banyak pula cerita mengandung jalan cerita
yag tidak asuk akal dan diluar nalar dan ajaib. Misalnya: cerita Tangkuban
Perahu yang ceritanya adalah sebuah perahu ditendang dan bisa menjadi gunung.
Cerita tersebut sangat sulit dipercaya apabila terjadi di jaman yang sekarang
ini.
16. Berbentuk puisi,
prosa(panjang-pendek) dan prosa berirama Sastra lisan memiliki
berbagai jenis dan tersebar dalam masyarakat. Diantaranya folkstory, folktale,
folkspeach,volkskunde, dan lain-lain. Contohnya: lagu rakyat misalnya lir-ilir,
pantun-pantun rakyat yang menyebar di masyarakat dan dijadikan petuah dan
lain-lain.
17. Ada piranti
paraklisme Ada petimbangan atau perbandingan dan saling berhubungan
dengan zaman yang sekarang. Kebanyakan isi atau amanah dari sastra lisan adalah
cerminan kehidupan masyarakat sekarang atau generasi berikutnya. Hal ini
berperan untuk masyarakat pandai-pandai mencerna isi dan maksud dari amanah yag
terkandung dalam sastra lisan agar tidak salah jalan dan salah pengertian.
18. Berisi kearifan
hidup universal Isi dan amanah dari sastra lisan adalah menyinggung
tentang kenyataan. Ajaran dan amanahnya adalah berlaku bagi semua kalangan dan
patut dijadikan acuan untuk hidup oleh berbagai kalangan masyarakat. Amanahnya
tidak berlaku hanya untuk satu golonga kaum saja tetapi menyeluruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar